Memahami Takdir Ilahi

Engkau tidak dikatakan beriman kepada Allah hingga engkau beriman kepada takdir yang baik maupun yang buruk dan engkau harus mengetahui bahwa apa saja yang akan menimpamu tidak akan luput darimu dan apa saja yang luput darimu tidak akan menimpamu.

 Beriman kepada Takdir

Kaum muslimin yang semoga dimuliakan oleh Allah Ta’ala, salah satu rukun iman yang wajib diimani oleh setiap muslim adalah beriman kepada takdir baik maupun buruk.

Perlu diketahui bahwa beriman kepada takdir ada empat tingkatan :

[1] Beriman kepada ilmu Allah yang ajali sebelum segala sesuatu itu ada. Di antaranya seseorang harus beriman bahwa amal perbuatannya telah diketahui (diilmui) oleh Allah sebelum dia melakukannya.

[2] Mengimani bahwa Allah telah menulis takdir di Lauhul Mahfuzh.

[3] Mengimani masyi’ah (kehendak Allah) bahwa segala sesuatu yang terjadi adalah karena kehendak-Nya.

[4] Mengimani bahwa Allah telah menciptakan segala sesuatu. Allah adalah Pencipta satu-satunya dan selain-Nya adalah makhluk termasuk juga amalan manusia.
selanjutnya

Mengobati Was-was

Alhamdulillah was shalatu was salamu ‘ala rasulillah, wa ba’du,

Salah satu diantara senjata iblis untuk merusak manusia adalah penyakit was-was. Penyakit ini dia sematkan di hati hamba Allah untuk menimbulkan keraguan. Dengan metode ini, setan bisa dengan mudah menggiring seorang muslim untuk mengulang-ulang ibadahnya. Ada yang mandi besar sampai sekitar 1 jam, ada yang mengulang-ulang gerakan wudhu karena merasa ada bagian yang kering, ada yang berwudhu berkali-kali karena merasa ada yang keluar dari dubur, ada yang buang air kecil setengah jam karena merasa tidak tuntas, ada yang gonta-ganti celana karena merasa ada yang menetes, ada yang mengulang-ulang takbiratul ihram karena merasa belum niat, ada yang membaca Al-Fatihah berulang-ulang dengan susah karena merasa tidak benar, bahkan sampai ada yang teriak-teriak: saya tidak mentalak istri, karena menyangka telah melontarkan kalimat cerai, dst.

Subhanallah…, Anda bisa bayangkan, sungguh betapa malangnya mereka. Untuk bisa melakukan satu ibadah, dia harus susah payah mengulang-ulang karena perasaan tidak tenang. Penyakit was-was selalu menggelayuti hatinya dalam beribadah. Kira-kira, apa tujuan setan dengan godaan semacam ini?
selanjutnya

Persaudaraan Hati Bukan Tubuh

Ketika membaca dan merenungkan kisah kehidupan para sahabat terkadang kita terharu dan berharap persaudaraan mereka tersebut bisa kita rasakan. Satu persahabatan dan persaudaraan yang muncul dari hati dan iman yang memenuhi kalbu mereka, bukan sekedar bersatunya tubuh dan badan mereka.

Ironisnya banyak orang memandang persaudaraan identik dengan kumpulnya tubuh dalam satu organisasi atau kelompok. Hal ini jelas keliru, sebab sebenarnya dasar persaudaraan iman adalah kesatuan hati kaum muslimin, bukan berkumpulnya tubuh mereka. Hal ini dapat dilihat pada petunjuk Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam al-Qur`aan yang mulia. Allah Subhanahu wa Ta’ala menjelaskan persaudaraan kaum muslimin dengan kalimat (فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ) tidak dengan kalimat (فَأَلَّفَ بَيْنَِكُمْ). Dengan demikian, Allah Subhanahu wa Ta’ala melihat persatuan hati menjadi sebab persaudaraan iman bukan kepada persatuan badan.
selanjutnya

Mendudukkan Akal pada Tempatnya

Segala puji bagi Allah Rabb semesta alam. Shalawat dan salam kepada Nabi kita Muhammad, keluarga, para sahabat dan orang-orang yang mengikuti beliau hingga akhir zaman.

Betapa banyak orang yang mendewakan akal. Setiap perkara selalu dia timbang-timbang dengan akal atau logikanya terlebih dahulu. Walaupun sudah ada nash Al Qur’an atau Hadits, namun jika bertentangan dengan logikanya, maka logika lebih dia dahulukan daripada dalil syar’i. Inilah yang biasa terjadi pada ahli kalam. Lalu bagaimanakah mendudukkan akal yang sebenarnya? Apakah kita menolak dalil akal begitu saja?  Ataukah kita mesti mendudukkannya pada tempatnya?
selanjutnya

Harta, Antara Nikmat dan Fitnah

Harta, tentu banyak yang menginginkannya. Beragam cara pun dilakukan untuk memperolehnya. Halal haram, bagi sebagian orang, adalah nomor kesekian. Yang terpenting adalah kebutuhan terpenuhi dan gaya hidup terpuaskan. Jika sudah seperti ini, harta tak lagi menjadi rahmat, namun menjadi celah turunnya azab.

Harta merupakan salah satu nikmat Allah Subhanahu wa Ta’ala yang dikaruniakan kepada umat manusia. Keindahannya demikian memesona. Pernak-perniknya pun teramat menggoda. Ini mengingatkan kita akan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada segala apa yang diingini (syahwat), yaitu wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak, dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (Al-Jannah).” (Ali ‘Imran: 14)
selamjutnya